Share What Me Know

Orang Tua Mata-matai Facebook Anak

Ditulis oleh: -

Facebook memang sudah berkembang dari sebuah media sosial dan situs jejaring sosial menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari gaya hidup manusia modern. Kemudahan berkomunikasi dan membangun jalinan pertemanan dengan sesama pemilik akun menjadi nilai utama yang membuat Facebook semakin menarik. Namun pengalaman maya seperti ini terkadang menghasilkan konsekuensi yang tidak pantas untuk mereka yang belum cukup umur. Di Indonesia, Anda bisa memerhatikannya lewat serangkaian kasus kaburnya para remaja tanggung akibat bujuk rayu temanFacebook mereka. Kekhawatiran melanda orang tua.
Sebagian besar dari orang tua kita mungkin tidak mengikuti rangkaian perkembangan teknologi yang pesat. Namun hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk mengambil tindakan drastis dan belajar ketika ada potensi anak mereka terpapar berbagai materi berbahaya di dalamnya. Facebook tentu sudah mengambil langkah pencegahan dengan hanya mengizinkan mereka yang sudah cukup umur untuk memiliki akun. Sayangnya, sistem yang masih lemah membuat hal ini mudah sekali dibobol. Kecemasan orang tua menjadi semakin nyata. Tidak ada tindakan yang lebih baik, selain mulai berperan sebagai seorang mata-mata maya.
Dari sebuah penelitian, ditemukan bahwa ada 55% orang tua yang terjun ke Facebook untuk dapat memata-matai anak mereka dengan segala cara. 16% darinya bahkan dengan lugas mengirimkanFriend Request kepada sang anak, dan 4% dari mereka akan ditolak. Jika Anda termasuk user yang memasukkan orang tua dalam tali pertemanan Anda, ada baiknya Anda mulai sedikit bersikap baik. Penelitian ini juga menunjukkan hal-hal yang sering dimata-matai oleh para orang tua: 41% nya merupakan status updates39% wall posting, dan 29% tagged photos. Anda tentu tidak ingin mendapatkan kuliah ekstra dari orang tua begitu tiba di rumah hanya karena teman Anda melakukan tag foto yang vulgar kepada Anda untuk sekedar iseng. Jadi, waspadalah!
Mengapa orang tua melakukan ini? Apa yang berusaha mereka cari? 36% dari keseluruhan orang tua yang ikut dari penelitian ini mengemukakan bahwa mereka hanya merasa perlu untuk melindungianak mereka. 24% penasaran dengan kegiatan yang dilakukan oleh anak mereka, 14% karenapenasaran semata tanpa maksud apapun, dan 6% melakukannya untuk membangun komunikasiyang lebih lancar dengan sang anak. Bahkan tindakan memata-matai ini berkembang melebihi Facebook sendiri. 76% bahkan mengecek history browser sang anak untuk mengetahui apa saja yang ia lakukan, 21% membaca history instant messaging, dan 23% mengecek sent folder di email anak mereka. Wow!
Kekhawatiran mereka memang cukup berdasar. Data menunjukkan bahwa ada 20 juta penggunaFacebook yang berada di bawah umur 18 tahun. Lebih mengejutkan lagi, 7,5 juta diantaranya bahkan belum menginjak usia 13 tahun. Dengan perkembangan psikologis yang masih begitu labil, tidak heran jika berbagai bahaya interaksi dunia maya mengancam mereka. Apakah ini lantas membuat perbuatan mata-mata orang tua ini menjadi legal? Tidak bisakah mereka menyerahkan semua masalah ini kepada otoritas Facebook? Sayangnya tidak, karena Facebook hanya mampu menyeleksi profile di bawah umur dalam jumlah 20.000 per hari. Orang tua terpanggil untuk melakukan inisiatif sendiri.

Para remaja pasti memandang orang tua seperti ini sebagai pihak yang “resek” dan ingin tahu semua rahasia kehidupan remaja mereka yang indah. Namun jika kita rela untuk melepaskan kacamata egois kita untuk sementara, apa yang berusaha mereka lakukan semata untuk memastikan anak mereka baik-baik saja. Walaupun potensi masalah terbuka lebar ketika Anda mengizinkan orang tua untuk bergabung dalam Facebook, kehadiran mereka harus diakui dapat menjadi sebuah kontrol sosial yang selama ini seolah hilang dari situs jejaring sosial. Namun semua keputusan kembali kepada Anda.

Jika suatu saat orang tua Anda ingin menambah pertemanan dengan Anda lewat Facebook. Diterima atau tidak?
Source: Online-school