Share What Me Know

Kisah Ainun Habibie dan 3 Pria Cerdas

Ditulis oleh: -

Jakarta - Hasri Ainun Habibie telah kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Semasa hidupnya, mantan ibu negara ini dikelilingi tiga pria cerdas. Siapa sajakah?

B.J. Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi Ainun pada tahun 1962 yang merupakan teman SMA-nya. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.

Saat itulah, Habibie dan Ainun memiliki dua putra, llham Akbar dan Thareq Kemal. Dua anak inilah yang mewarisi kecerdasan Habibie. Ilham Habibie menyelesaikan pendidikan di Muenchen dalam ilmu aeronautika dan meraih gelar PdD dengan predikat summa cumlaude, lebih tinggi dari predikat ayahnya. Sementara Thareq Kemal menyelesaikan Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.

Selain memimpin banyak perusahaan, seorang Ilham Akbar Habibie juga aktif di berbagai kegiatan non profit. Mulai dari bidang keprofesian hingga pendidikan. Perusahaan yang dipimpinnya pun tak sedikit, antara lain, ia menjabat sebagai C.E.O./President PT. ILTHABI Rekatama, Chairman of Mitra Energia Ltd., C.E.O./President Director PT. Industri Mineral Indonesia, C.E.O./President Director PT. ILTHABI Bara Utama, Commissioner of PT. Global Group Asia Commisioner of Sound Oil plc.

Sementara putra bungsunya, Thareq Kemal diandalkan sebagai ujung tombak 'kerajaan bisnis' keluarga Habibie bersama sang paman Suryatin "Timmy" Habibie (adik bungsu Habibie). Thareq Kemal juga dikenal sebagai 'penguasa' Batam dengan memiliki 28 persen saham PT Griya Rekatama Asri.

Kecerdasan tiga pria itu, tak lepas dari peran Ainun sebagai istri dan ibu. Saat menemani Habibie menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman, kehidupan awal Ainun bersama keluarga kecilnya itu dilalui dengan perjuangan luar biasa. Setidaknya Ainun harus bersabar dengan pendapatan yang teramat kecil dari beasiswa Habibie. Namun dengan tekun dan sabar ia tetap menyertai Habibie. Bahkan untuk menghemat ia menjahit sendiri keperluan pakaian bayi yang dikandungnya. Dan disanalah ia mengandung dua putranya, melahirkan dan mebesarkannya.

Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya. Sejak kecil ia membiasakan anaknya untuk mengembangkan kepribadiannya sendiri. Ia membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Dan Ainun akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Hal ini tentu saja karena ia sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya.

Selain itu Ainun juga membiasakan anaknya hidup sederhana. Uang jajan diberikan pas untuk satu minggu. Dengan demikian si anak memiliki kebebasan untuk memilih jajanan yang mereka sukai. Anak-anak Ainun tumbuh sebagai anak yang menghargai kesederhanaan itu. Pernah mereka harus bolak-balik dari satu toko ke toko lain untuk mendapatkan harga yang pas sebelum membeli suatu barang.

Bagi Ainun hal yang tidak kalah penting dalam mendidik anak adalah membiasakan mereka mengemukakan pendapat dengan mengajak mereka berdiskusi di rumah. Menurut Ainun, jika anak-anak berani mengeluarkan pendapat, artinya mereka sedang belajar dalam hidupnya. Dan bagi orang tua, itulah saatnya melaksanakan kewajiban memberikan bekal bagi kehidupan mereka.

Dan benar saja, hasil didikan itu menjadikan kedua anak mereka tumbuh sebagai seorang yang luar biasa.

Sumber